Kita dilahirkan dengan bakat untuk tergesa-gesa dan dengan kecenderungan untuk menyegerakan pencapaian keinginan-keinginan kita. Yang terpelajar atau tidak, yang sibuk atau tidak, yang berhasil atau yang belum – semuanya memiliki ketidak-sabaran asli dalam untuk mendapatkan yang diinginkannya.Mohon Anda perhatikan, bahkan yang paling malas di antara kita pun – merasa tidak sabar dengan lambatnya perubahan dalam hidupnya.
Kita semua sedang menantikan hadirnya kehidupan yang lebih baik. Ada yang menantikannya di dalam kesibukan (baca: MTST – Busy While Waiting), dan ada yang menantikannya di dalam kemalasan bekerja dan kesungguhan untuk membuat alasan menghindari pekerjaan.
Karena kita berangkat dari awal-awal yang berbeda, untuk mencapai ketinggian-ketinggian yang berbeda, dengan kesulitan-kesulitan yang berbeda, dan dengan pengertian mengenai kebaikan yang juga berbeda – kita memiliki pendapat yang berbeda mengenai apa yang kita sebut sebagai kesejahteraan dan kebahagiaan.
Tetapi, kita tidak akan berlama-lama membincangkan perbedaan antara kesejahteraan dan kebahagiaan, karena kita akan segera menggunakan bakat kita untuk tergesa-gesa – untuk betul-betul mencapai kualitas hidup yang lebih baik.
Bila kita belum berhasil menyegerakan kesejahteraan dan kebahagiaan, setidaknya kita tidak menunda kedatangan walau sederajat pun dari peningkatan kualitas hidup kita.
Ada dua hal utama yang menunda pencapaian kesejahteraan dan kebahagiaan kita; yang pertama adalah:
Keterikatan kita kepada sesuatu yang kita anggap penting,
Dan yang kedua adalah:
Penghindaran dari sesuatu yang kita anggap tidak penting.
…….
rincian kedua hal di atas, seperti berikut ini:
Keterikatan kita kepada sesuatu yang kita anggap penting.
Mohon Anda perhatikan, berapa banyak orang tetap berpegangan dan bergelatungan mempertahankan sebuah pekerjaan yang menggaji kecil, bermasa depan suram, di bawah seorang atasan yang suka menganiaya dan melupakan janji; DAN masih tetap merasa bahwa itu adalah pekerjaan satu-satunya yang ada di dunia ini untuknya.
Mereka, dan dia – merasa bahwa pekerjaan yang buruk itu adalah yang hal yang penting di antara semua penderitaannya. Entah apa bentuk dari logikanya, dia merasa bahwa beralih pekerjaan hanya akan mempersulit kehidupannya.
Apakah dia tidak memperhatikan, bahwa banyak saudaranya yang lain – yang sedang bekerja dalam keadaan yang lebih baik dari yang sedang dialaminya?
Berapa banyak pribadi baik yang sekarang sedang menua dan meratap di dalam hubungan yang tidak sehat dengan orang lain?
Berapa banyak pribadi cerdas yang sedang dihindari orang lain seperti penyakit, karena mempertahankan sikap-sikap dan cara-cara yang angkuh, kasar, mengutamakan diri sendiri, dan menyepelekan semua yang tidak disukainya?
Bila Anda cukup dekat terlibat dalam tugas-tugas penasehatan, Anda akan menemui tidak satu atau dua orang – tetapi ribuan orang yang mengeluhkan kualitas hidupnya, tanpa sedikit pun menduga bahwa mereka berperan kuat dalam mempertahankan sikap dan cara-cara yang memantaskan mereka bagi kesulitan. Mereka mengikatkan diri mereka kepada hal-hal yang mereka anggap penting.
Maka mulai hari ini, anjurannya kepada kita – Anda dan saya, adalah untuk memeriksa kembali apa saja yang kita anggap penting, tetapi yang tidak menyejahterakan dan tidak membahagiakan kita.
…….
Penghindaran dari sesuatu yang kita anggap tidak penting.
Orang akan mudah mengerti bila Anda menghindari api, saat Anda mengenakan jubah kertas; tetapi kita sulit mengerti alasan orang untuk menghindari pergaulan dengan orang-orang baik, di dalam pekerjaan-pekerjaan baik, dan untuk tujuan-tujuan baik – tetapi kemudian mendahulukan hal-hal yang tidak penting?
Dia menghindari kebaikan, karena menurutnya kebaikan itu tidak penting.
Lalu, bila dia menghindari kebaikan, apakah dia mengira dia mendekati sesuatu yang lebih baik daripada kebaikan?
Apakah sebutan bagi apapun yang selain kebaikan?
Bila yang dihindarinya adalah kebaikan, maka dia telah menghakkan untuk dirinya sendiri kepengapan nafas dan kegerahan di hatinya.
Mungkin belum pernah datang satu jiwa yang ramah kepadanya, yang mengabarkan bahwa yang hakekat adalah yang lebih penting baginya, dan bahwa yang sekarang sedang dikejarnya hanyalah bayangan yang menyesatkan.
Kabarkanlah kepadanya, bahwa mengutamakan bayangan dan mengabaikan hakekat adalah penyebab utama dari keruntuhan semua umat besar di dalam sejarah kemanusiaan.
Umpamakanlah keadaannya, seperti seorang ayah yang mengarungi lautan, mendaki gunung, dan menyeberangi ngarai – dalam perjalanan mencari kebahagiaan; hanya untuk kemudian menemukan kebahagiaan itu di dalam ketulusan kasih sayang istri dan keceriaan anak-anaknya di rumah.
Marilah kita menepatkan pengertian kita mengenai apa yang baik, agar kita bisa meningkatkan kualitas ketertarikan dan penghindaran kita – yang berdampak langsung kepada kualitas hidup kita.
—————————————————————————————–
Read Full Post »